Nyepi dan Maknanya
(Oleh : I Gusti Bagus Arjana)
Hari Raya Nyepi tahun ini adalah Tahun Saka (Isaka Warsa) 1934 bertepatan dengan 23 Maret 2012. Nyepi bermakna pentingnya kedamaian, yakni suasana damai dalam kehidupan pribadi, terciptanya kedamaian di bumi dan kedamaian selamanya. Kedamaian merupakan syarat mutlak terselenggaranya kehidupan yang bermakna dan bermartabat.
Hari Raya Nyepi
Nyepi memiliki sejarah panjang, kini diperingati sebagai hari terciptanya perdamaian di tengah kehidupan berbagai suku bangsa dan ras di kawasan Asia Tengah dan Selatan melalui penobatan Maha Raja Kaniskha pada awal-awal abad Masehi. Hari penobatan kemudian ditetapkan menjadi penanggalan Tahun Saka, yakni tahun 78 Sesudah Masehi. Masa kekuasannya berakhir tahun 102 sesudah Masehi. Dua agama besar pada masa itu adalah agama Hindu dan Budha, yang sebelumnya saling beseteru, bermusuhan akhirnya rujuk di bawah kepemimpinan Maharaja Kaniskha.
Nyepi Dan Kedamaian.
Ada empat pantangan yang sudah menradisi dalam memperingati Nyepi yang dikenal sebagai Catur Berata Penyepian, yakni amati lelungaan, tidak bepergian, jadi harus tetap tinggal di rumah, biasa diisi dengan kegiatan spiritual kerohanian. Amati karya, tidak melakukan aktivitas/kerja. Amati lelanguan, tidak menyelenggarakan hiburan, pesta fora. Amati geni, tidak menyalakan api/lampu, selama 24 jam (satu hari). Sehari setelah Nyepi (Sabtu, 24/3) dikenal sebagai hari Ngembak Geni, aktivitas kehidupan mulai dilakukan, pada hari ini juga dilakukan Simakrama atau silaturahmi, saling berkunjung.
Nyepi mewujudkan suasana sepi, sepi tanpa aktivitas, tanpa suara, apa lagi bepergian atau menghibur diri. Hidup seolah terbawa ke titik nol melalui perenungan, refleksi, mawas diri. Nol atau kosong siap diisi energi baru tentunya energi yang bersih tidak terkontaminasi oleh pikiran, perkataan dan perbuatan yang hakekatnya bertentangan dengan ajaran kebajikan. Begitulah idealnya Nyepi, sehingga umat Hindu siap menghadapi kehidupan baru, di tahun yang baru, yang lebih damai dan lebih sejahtera dikenal sebagai Santhi lan Jagadhita.
Hilangnya Kedamaian
Sesekali mempergunakan momentum Nyepi untuk meneropong kehidupan di sekitar kita menjadi menarik. Sejak reformasi lebih dari satu dekade, kehidupan bangsa ini diwarnai oleh hingar bingar, hiruk pikuk kehidupan berbangsa yang jauh dari kedamaian. Ketika membaca dan menonton media secara vulgar diberitakan bahwa perilaku warga negara yang berkesempatan menjadi pemimpin apakah politisi, menjadi pejabat dalam birokrasi, tanpa rasa bersalah melakukan tindakan melawan hukum.
Korupsi, menilep uang negara telah menggurita di berbagai aspek kehidupan. Demokrasi yang dicoraki oleh birokrasi dan politisi yang koruptif telah mencederai hati rakyat. Jika dikaji lebih jauh tentang fenomena itu, sejatinya kasus yang menimpa berbagai oknum, kedamaian dalam dirinya sudah terampas, sudah sirna, sehingga hidup tidak tenang dan was-was, stress. Kasus yang kini mencuat, PNS (Pegawai Negeri Sipil) muda memiliki rekening gendut. Oknum yang bekerja di lini depan penampung pundi-pundi negara, yakni Direktorat Jenderal Pajak, tanpa rasa takut dan malu memiliki banyak transaksi mencurigakan terungkap kembali. Timbul tanda tanya kenapa muncul the next Gayus? Mestinya dapat direduksi penyimpangan seperti itu, tetapi kenapa muncul lagi di institusi yang sama. Begitu longgarkah pengawasan? Atau penegakan hukum yang lemah? Telah terjadi pembiaran dan ketidakbecusan di kalangan pejabat yang bertanggung jawab.
Tuntutan terhadap terciptanya kedamain tidak saja dimaknai sebagai hilangnya rasa permusuhan atau kekerasan antar kelompok, masyarakat atau golongan tetapi yang paling penting adalah kedamaian dalam diri sendiri. Damai di hati, damai dalam diri sendiri mampu menggali nilai-nilai kejujuran. Kejujuran merupakan modal dasar membangun kehidupan pribadi dan komunitas yang damai dan sejahtera. Ketidakjujuran dapat menimbulkan suasana tidak damai dalam diri. Kejujuran pasti menghadirkan suasana tentram dan damai dalam diri. Makin banyak orang jujur makin mudah terciptanya kedamaian, makin mudah pula mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sejati.
Tri Kaya Parisudha
Dalam ajaran Hindu yang tertulis dalam Weda Sarasmuscaya maupun Weda Manawa Dharmasastra, terdapat berbagai pedoman hidup antara lain dikenal sebagai Tri Kaya Parisudha, yakni kewajiban menyucikan tiga kekayaan diri manusia. Tiga kekayaan yang disucikan itu adalah berfikir (manacika), berkata (wacika) dan bertindak (kayika) yang benar. Ini merupakan landasan menata kehidupan untuk hidup jujur. Logikanya adalah bahwa kedamaian dihati dapat diwujudkan jika dilandasi niat mengedepankan kejujuran. Implementasi dalam kehidupan adalah, kejujuran dalam berfikir, kejujuran dalam berkata/berwacana dan kejujuran dalam berperilaku.
Tri Kaya Parisudha mencakup sepuluh pengendalian diri, diikenal sebagai Dasa Karma Patha, yakni tiga dari pikiran, empat dari perkataan dan tiga dari tindakan. Dirinci lebih lanjut yakni:
1. Tidak menginginkan yang tidak halal,
2. Tidak berfikir buruk,
3. Tidak mengingkari hukum karmaphala,
4. Tidak mencaci maki,
5. Tidak berkata kasar,
6. Tidak memfitnah,
7. Tidak ingkar janji,
8. Tidak membunuh,
9. Tidak mencuri,
10. Tidak berzina.
Sepuluh pengendalian itu menjadi larangan yang wajib hukumnya, yang merupakan perintah Tuhan (Brahman/Sang Hyang Widhi Wasa) menjadi prasyarat mutlak terciptanya kedamaian dalam diri. Dalam konteks iman (Sradha) maka bagi pelanggarnya mendapat imbalan berupa dosa, sehingga kedamaian sulit diraih.
Menata kehidupan masyarakat, kehidupan bangsa, kejujuran menjadi modal dasar dalam pembangunan dengan segala dimensinya dan segala aspeknya. Setiap orang butuh komitmen berperilaku jujur secara konisisten dan persisten, sehingga damai dalam dirinya akan terwujud, merasa malu atau takut dan merasa berdosa jika melanggarnya. Jika ini terjadi niscaya kehidupan pribadi kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa akan penuh kedamaian sehingga kesejahteraan bangsa dapat terwujud. Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka (Swasti Nawa Isaka Warsa) bagi umat Hindu. Selamat menyongsong Hari Paskah bagi umat Kristiani di Nusa Tenggara Timur dan dimanapun berada.***
- Details
- Category: Artikel
- Published: 02 May 2017
- Hits: 3037