Bhuta Yadnya adalah Upacara korban (yadnya) yang ditujukan kepada Bhuta Kala yang mengganggu ketentraman hidup manusia. Bagi masyarakat Hindu bhuta kala ini diyakini sebagai kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana, tetapi dengan Bhuta Yadnya ini maka kekuatan-kekuatan tersebut akan dapat menolong dan melindungi kehidupan manusia. Adapun tujuan Upacara Bhuta Yadnya adalah disamping untuk memohon kehadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) agar beliau memberi kekuatan lahir bathin, juga untuk menyucikan dan menetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang disebut bhuta kala tersebut sehingga dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia.

Bhuta Yadnya, pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Upacara Bhuta Yadnya dalam tingkatan kecil seperti segehan dan yang setingkat. Upacara Bhuta Yadnya dalam tingkatan sedang (madya) yang disebut "caru". Upacara Bhuta Yadnya dalam tingkatan yang besar (utama).

Read more: Bhuta Yadnya

Manusa yadnya adalah Upacara suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir bathin manusia mulai dari sejak terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai pada akhir hidup manusia itu. Pembersihan lahir bathin manusia sangat perlu dilakukan selama hidupnya, karena kebersihan itu dapat menimbulkan adanya kesucian. Kebersihan ( kesucian ) secara lahir bathin ini dapat menghindarkan manusia itu sendiri dari jalan yang sesat. Dengan kebersihan tersebut, manusia akan dapat berpikir, berkata dan berbuat yang benar sehingga dapat meningkatkan dirinya ke taraf hidup yang lebih sempurna.

Unsur-unsur pembersihan di dalam Upacara Manusa Yadnya dapat diketahui dengan adanya upakara-upakara seperti tirtha panglukatan atau tirtha pembersihan dan lain sebagainya. Tirtha-tirtha ini adalah air suci yang telah di berkati oleh sang sulinggih pandita ( pendeta ), sehingga air suci tersebut mempunyai “ twah “ ( wasiat ), yang secara spiritual dapat menimbulkan adanya kebersihan ( kesucian ) itu. Di dalam Manusa yadnya, pada dasarnya terdapat empat rangkaian upacara yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Read more: Manusa Yadnya

Rsi Yadnya adalah sedekah atau punia atau juga persembahan kepada para pendeta atau para pemimpin upacara keagamaan. Sedekah atau persembahan ini dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada saat Beliau menyelesaikan suatu upacara, atau memberikan diksa kepada sisyanya. Sedekah atau punia yang dipersembahkan kepada para pendeta disebut dengan daksina. Adapun tujuannya adalah sebagai tanda terima kasih kepada para pinandita (pendeta) karena beliau telah menyelesaikan upacara yadnya. Di samping itu mentaati dan mengamalkan ajaran orang-orang suci, membantu segala usaha para Sulinggih, turut memajukan pendidikan terutama dibidang keagamaan, membangun tempat pemujaan untuk orang-orang suci atau sulinggih, semuanya itu juga termasuk pelaksanaan Rsi Yadnya.

Sejak dahulu sampai sekarang kedudukan orang-orang suci atau Rsi, Pendeta, atau Sulinggih memegang peranan penting dalam hubungannya dengan agama Hindu. Para Rsilah yang menerima wahyu Weda, kemudian menyebarkan ajaran-ajaran Weda tersebut. Dan selanjutnya sampai sekarang bahwa yang memimpin upacara-upacara keagamaan adalah orang-orang suci atau pendeta atau sulinggih. Karena itu kita sebagai umat beragama hendaknya menghormati orang-orang suci kita dengan melakukan Rsi Yadnya.

Read more: Rsi Yadnya

Pitra yadnya adalah suatu upacara pemujaan dengan hati yang tulus ikhlas dan suci yang di tujukan kepada para Pitara dan roh-roh leluhur yang telah meninggal dunia. Pitra yadnya juga berarti penghormatan dan pemeliharaan atau pemberian sesuatu yang baik dan layak kepada ayah-bunda dan kepada orang-orang tua yang telah meninggal yang ada di lingkungan keluarga sebagai suatu kelanjutan rasa bakti seorang anak ( sentana ) terhadap leluhurnya. Pelaksanaan upacara Pitra Yadnya di pandang sangat penting, karena seorang anak ( sentana ) mempunyai hutang budi, bahkan dapat dikatakan berhutang jiwa kepada leluhurnya.

Read more: Pitra Yadnya